SANKSI minyak tehadap Iran tidak membuat Dubai berhenti mengimpor minyak murah dari Teheran. Minyak tersebut sangat membantu Dubai mendistribusikan minyak di wilayahnya dengan harga subsidi.
"Orang Amerika sudah meminta Emirates National Oil Company (Enoc) untuk berhenti mengimpor, tapi tetap saja diimpor," kata sebuah sumber perminyakan sebagaimana dilansir tradearabia.com, Kamis (18/10). Dubai merupakan keemiran di Uni Emirat Arab yang tidak mempunyai cadangan minyak yang cukup.
Kondensat merupakan salah satu sumber pendapatan bagi Iran setelah minyak mentah dan produk-produk hilir. Dubai menjadi pembeli terbesar kedua setelah China. Beberapa negara lain seperti India dan Korea Selatan juga melakukan hal yang sama. Iran telah menjadi negara pensubsidi dengan minyak berharga murah kepada negara-negara kaya tersebut.
Enoc memproses kondensat Iran itu di kilang Enoc di Jebel Ali untuk mensupplai kebutuhan Bahan Bakar Minyak (BBM) 2 juta penduduk Dubai yang sebagian besar pekerja migran dan mampu menjual dengan harga subsidi yang sangat murah sekitar 1.72 dirham atau sekitar Rp. 3000 per liter.
Tidak seperti kilang Abu Dhabi National Oil yang mempunyai cadangan minyak mentah melimpah, Enoc akan mengalami kerugian ratusan juta dolar pertahun bila membeli minyak di pasar internasional dan mengecernya dengan harga rendah yang sudah ditetapkan secara nasional.
Penjualan minyak dengan harga murah ini dinilai hanya menguntungkan pekerja asing yang mencapai 89 persen penduduk Dubai, namun negara ini tidak mempunyai keinginan untuk menaikkan harga. Kondensat dari Iran dianggap menjadi jawaban untuk memenuhi kapasitas kilang Enoc sebesar 120.000 barel per hari.
Dubai mulai mencari alternatif untuk menyuplai kondensat seperti dari Arab Saudi dan Qatar tapi kedua negara ini menolak menjual semurah Iran.
Amerika Serikat dan Eropa yang kini dirundung krisi ekonomi terus menggencarkan kampanye untuk memiskinkan sumber anggaran negara Iran. Iran dituduh memproduksi senjata nuklir walau sudah berkali-kali dibantah.
http://www.jurnas.com/news/74281/Dubai_Diuntungkan_Impor_Minyak_Murah_dari_Iran/1/Internasional/Timur_Tengah
"Orang Amerika sudah meminta Emirates National Oil Company (Enoc) untuk berhenti mengimpor, tapi tetap saja diimpor," kata sebuah sumber perminyakan sebagaimana dilansir tradearabia.com, Kamis (18/10). Dubai merupakan keemiran di Uni Emirat Arab yang tidak mempunyai cadangan minyak yang cukup.
Kondensat merupakan salah satu sumber pendapatan bagi Iran setelah minyak mentah dan produk-produk hilir. Dubai menjadi pembeli terbesar kedua setelah China. Beberapa negara lain seperti India dan Korea Selatan juga melakukan hal yang sama. Iran telah menjadi negara pensubsidi dengan minyak berharga murah kepada negara-negara kaya tersebut.
Enoc memproses kondensat Iran itu di kilang Enoc di Jebel Ali untuk mensupplai kebutuhan Bahan Bakar Minyak (BBM) 2 juta penduduk Dubai yang sebagian besar pekerja migran dan mampu menjual dengan harga subsidi yang sangat murah sekitar 1.72 dirham atau sekitar Rp. 3000 per liter.
Tidak seperti kilang Abu Dhabi National Oil yang mempunyai cadangan minyak mentah melimpah, Enoc akan mengalami kerugian ratusan juta dolar pertahun bila membeli minyak di pasar internasional dan mengecernya dengan harga rendah yang sudah ditetapkan secara nasional.
Penjualan minyak dengan harga murah ini dinilai hanya menguntungkan pekerja asing yang mencapai 89 persen penduduk Dubai, namun negara ini tidak mempunyai keinginan untuk menaikkan harga. Kondensat dari Iran dianggap menjadi jawaban untuk memenuhi kapasitas kilang Enoc sebesar 120.000 barel per hari.
Dubai mulai mencari alternatif untuk menyuplai kondensat seperti dari Arab Saudi dan Qatar tapi kedua negara ini menolak menjual semurah Iran.
Amerika Serikat dan Eropa yang kini dirundung krisi ekonomi terus menggencarkan kampanye untuk memiskinkan sumber anggaran negara Iran. Iran dituduh memproduksi senjata nuklir walau sudah berkali-kali dibantah.
http://www.jurnas.com/news/74281/Dubai_Diuntungkan_Impor_Minyak_Murah_dari_Iran/1/Internasional/Timur_Tengah
No comments:
Post a Comment