OPINI | Indonesia kembali mencatatkan prestasi sebagai negara kedua dengan pertumbuhan tertinggi setelah China. Macan Asia itu telah bangkit kembali. Perlu usaha untuk terus menggenjot ekonomi agar pertumbuhan ekonomi tersebut menjadi lebih berkualitas. Ini sebuah tulisan yang bagus di baca. Sumbernya klik di sini
Agar Macan Asia Tidak Ompong Lagi
INDONESIA merupakan negara yang mempunyai potensi ekonomi yang cukup besar. Dengan sumberdaya alam dan manusia yang melimpah, maka tidak heran Indonesia pernah diprediksi menjadi salah satu negara Macan Asia di era 90-an. Namun krisis ekonomi dunia yang dimulai dari Thailand telah mengakibatkan Indonesia terhempas dalam krisisi moneter yang cukup dalam.
Pertumbuhan ekonomi Indonesia di zaman orde baru itu dianggap cukup impresif sampai tujuh persen namun belum mempunyai kekuatan internal yang cukup kuat untuk menahan badai krisis ekonomi dunia.
Saat ini berbagai lembaga riset dan pemeringkat dunia juga memberikan rilis dan prediksi yang positif. Optimisme Indonesia akan dapat kembali menjadi negara dengan 10 besar ekonomi terkuat di dunia kembali muncul seiring dengan pertumbuhan ekonomi yang baik. Walaupun, tidak dapat dipungkiri, beberapa lembaga juga memberikan penilaian negatif bagi ekonomi Indonesia, khususnya karena masalah birokrasi dan korupsi yang belum dapat dituntaskan sepenuhnya.
Terlepas dari sisi negatif itu, berbagai langkah perlu dilakukan agar pengalaman krismon tidak terulang kembali. Pertumbuhan ekonomi yang terus meningkat dan bertambahnya jumlah kelompok menengah di Indonesia harus dianggap sebagai sisi positif yang mesti dijaga dan dilindungi. Bank Indonesia (BI) sendiri beberapa kali telah membuat langkah stabilisasi untuk membendung pertumbuhan ekonomi yang begitu cepat. Kemakmuran telah mengakibatkan membengkaknya jumlah "orang kaya baru" atau kelompok menengah yang royal belanja. Kredit untuk sektor konsumsi ditekan untuk menghindari efek kepanasan atau overheating dan meningkatkan kredit di sektor riil agar kapasitas produksi dalam negeri dapat mengimbangi pertumbuhan ekonomi.
Walaupun begitu, langkah BI tersebut dirasa terlalu cepat karena kekhawatiran overheating masih jauh di ufuk mata. "Ekonomi masih tumbuh di bawah laju potensial, angka pengangguran masih tinggi, dan inflasi masih terkendali. Ekonomi kita jauh dari overheating," kata pengamat ekonomi, Purbaya Sadewa, kepada Jurnal Nasional, Jakarta, Jumat (21/9) saat dihubungi.
Di sisi lain, pertumbuhan ekonomi Indonesia yang tinggi itu pula, membuat desakan untuk menaikkan upah buruh. Muhaimin Iskandar, Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi, mengatakan, sekarang pihaknya sedang menghadapi desakan penaikan upah buruh tapi di sisi lain didesak pengusaha untuk menjamin upah buruh murah. "Saya lebih mementingkah upah sejahtera," katanya dalam sebuah acara di IPB Bogor, Jumat pagi.
Menurutnya, meningkatnya kemakmuran mengakibatkan kebutuhan upah tinggi semakin mendesak, tapi dengan resiko investasi akan lambat dan rekrutmen buruh akan terganggu. Di sisi lain, upah murah yang disedak para pengusaha dapat meningkatkan arus investasi, namun mengakibatkan tumbuhnya gejolak terpendam yang bisa saja meledak setiap saat.
Selain langkah yang bijaksana para elite bangsa, langkah semua pihak harus dibuat agar pertumbuhan ekonomi Indonesia yang baik dapat dijaga dan dipelihara. Sehingga Macan Asia itu tidak ompong dua kali.
No comments:
Post a Comment