PERGESERAN format media dari cetak ke online dinilai merupakan tren yang tidak terbantahkan. Makin mahalnya biaya cetak dan harga kertas, dinilai menjadi pemicu perusahaan melirik media format online atau digital. Walaupun begitu media cetak dinilai masih punya tempat di hati pembaca.
Majalah Newsweek dilaporkan akan secara total berubah format menjadi digital mulai 2013. Majalah ini direncanakan akan berubah nama menjadi Newsweek Global. "Kami melakukan transisi pada Newsweek, tapi tidak mengatakan good bye," tulis Tina Brown, Pemimpin Redaksi Newsweek Daily Beast Co dan Baba Shetty, Direktur Utama sebagaimana dilansir Yahoo.
Di Indonesia, media online dinilai berkembang pesat seiring dengan tren masyarakat menengah mengakses media ini. Pendiriannya hanya membutuhkan dana yang relatif sedikit sehingga dapat digarap pengusaha sekelas mikro. Selain itu, media online dipandang menjadi media alternatif untuk keseimbangan independensi isu.
"Hasil riset Media Survei Nasional (Median) menunjukkan pemilih menengah rajin mencari informasi secara aktif via media online," kata Rico Marbun, Direktur Eksekutif Median, beberapa waktu lalu.
Media online sebagai bagian dari ekonomi kreatif membutuhkan kecakapan awaknya dalam bidang Informasi dan Teknologi (IT) dan begitu juga kreativitas untuk mendekati konsumen. Bila tidak, media online tidak akan dilirik.
Tahun ini, media online diperkirakan mampu merebut kue iklan hingga Rp1 triliun. Itu belum seberapa diandingkan pasar iklan nasional yang diperkirakan mencapai Rp. 92 triliun, 60 persen iklan ini dimakan televisi dan sisanya surat khabar. Televisi meraup Rp55,5 triliun, Rp27,7 triliun oleh surat kabar, dan kemudian majalah Rp1,85 triliun. Sisanya ke tabloid, radio, media online dan media luar ruang.
Diakui, media cetak tidak mengarah kepada kematian. Walaupun media cetak di Amerika Serikat turun 30 persen, namun angka 70 persen dinilai masih kuat. Bahkan media cetak seperti koran Wall Street Journal belakangan ini mengalami peningkatan pembaca. "Saya katakan diakui media cetak mengalami perubahan paradigma. Tapi tidak berarti akan mati," kata Raul Sandelin dalam tulisannya Is Print Media Really Dead? di sandiegotroubadour.com.
Majalah Forbes dalam artikel Print is Dead? Not so Fast, menjelaskan ada beberapa alasan media cetak masih dapat bertahan. Dan alasan ini dinilai menjadi keunggulan media cetak dibandingkan media lainnya.
Pertama adalah Tangibilitas. Media cetak dapat bertahan secara fisik berbulan-bulan di rumah maupun perkantoran. Sementara berita atau iklan di internet dapat hilang dalam waktu yang singkat. Kedua, Kredibilitas. Iklan di koran mempunyai senses legitimasi dan kredibilitas.
Sementara di media internet, pengguna masih dirundung kekhawatiran untuk mengklik sebuah iklan karena takut dengan virus atau spam. Ketiga, Branding. Media koran dianggap mempunyai kekuatan branding yang lebih kuat daripada internet.
Juga, dalam hal target marketing dan engaging pada konsumen, media cetak lebih kuat dari media internet. Forbes justru melihat media cetak akan semakin mempunyai kekuatan di tengah-tengah makin banyaknya media cetak lainnya yang gulung tikar. Media cetak yang bertahan dapat meningkatkan nilainya sebagai sebuah strategi marketing.
Selain itu, Forbes melihat penggunaan QR Codes dapat menjembatani jurang pemisah antara media cetak dan online. Dengan hanya meng-scanning kode tersebut dengan telepon pintar, pembaca langsung dapat mengakses web media tersebut secara online.
http://www.jurnas.com/news/74331/Media_Online_Berkembang,_Cetak_Bertahan/1/Sosial_Budaya/Humaniora
Majalah Newsweek dilaporkan akan secara total berubah format menjadi digital mulai 2013. Majalah ini direncanakan akan berubah nama menjadi Newsweek Global. "Kami melakukan transisi pada Newsweek, tapi tidak mengatakan good bye," tulis Tina Brown, Pemimpin Redaksi Newsweek Daily Beast Co dan Baba Shetty, Direktur Utama sebagaimana dilansir Yahoo.
Di Indonesia, media online dinilai berkembang pesat seiring dengan tren masyarakat menengah mengakses media ini. Pendiriannya hanya membutuhkan dana yang relatif sedikit sehingga dapat digarap pengusaha sekelas mikro. Selain itu, media online dipandang menjadi media alternatif untuk keseimbangan independensi isu.
"Hasil riset Media Survei Nasional (Median) menunjukkan pemilih menengah rajin mencari informasi secara aktif via media online," kata Rico Marbun, Direktur Eksekutif Median, beberapa waktu lalu.
Media online sebagai bagian dari ekonomi kreatif membutuhkan kecakapan awaknya dalam bidang Informasi dan Teknologi (IT) dan begitu juga kreativitas untuk mendekati konsumen. Bila tidak, media online tidak akan dilirik.
Tahun ini, media online diperkirakan mampu merebut kue iklan hingga Rp1 triliun. Itu belum seberapa diandingkan pasar iklan nasional yang diperkirakan mencapai Rp. 92 triliun, 60 persen iklan ini dimakan televisi dan sisanya surat khabar. Televisi meraup Rp55,5 triliun, Rp27,7 triliun oleh surat kabar, dan kemudian majalah Rp1,85 triliun. Sisanya ke tabloid, radio, media online dan media luar ruang.
Diakui, media cetak tidak mengarah kepada kematian. Walaupun media cetak di Amerika Serikat turun 30 persen, namun angka 70 persen dinilai masih kuat. Bahkan media cetak seperti koran Wall Street Journal belakangan ini mengalami peningkatan pembaca. "Saya katakan diakui media cetak mengalami perubahan paradigma. Tapi tidak berarti akan mati," kata Raul Sandelin dalam tulisannya Is Print Media Really Dead? di sandiegotroubadour.com.
Majalah Forbes dalam artikel Print is Dead? Not so Fast, menjelaskan ada beberapa alasan media cetak masih dapat bertahan. Dan alasan ini dinilai menjadi keunggulan media cetak dibandingkan media lainnya.
Pertama adalah Tangibilitas. Media cetak dapat bertahan secara fisik berbulan-bulan di rumah maupun perkantoran. Sementara berita atau iklan di internet dapat hilang dalam waktu yang singkat. Kedua, Kredibilitas. Iklan di koran mempunyai senses legitimasi dan kredibilitas.
Sementara di media internet, pengguna masih dirundung kekhawatiran untuk mengklik sebuah iklan karena takut dengan virus atau spam. Ketiga, Branding. Media koran dianggap mempunyai kekuatan branding yang lebih kuat daripada internet.
Juga, dalam hal target marketing dan engaging pada konsumen, media cetak lebih kuat dari media internet. Forbes justru melihat media cetak akan semakin mempunyai kekuatan di tengah-tengah makin banyaknya media cetak lainnya yang gulung tikar. Media cetak yang bertahan dapat meningkatkan nilainya sebagai sebuah strategi marketing.
Selain itu, Forbes melihat penggunaan QR Codes dapat menjembatani jurang pemisah antara media cetak dan online. Dengan hanya meng-scanning kode tersebut dengan telepon pintar, pembaca langsung dapat mengakses web media tersebut secara online.
http://www.jurnas.com/news/74331/Media_Online_Berkembang,_Cetak_Bertahan/1/Sosial_Budaya/Humaniora
No comments:
Post a Comment