• Breaking News

    Thursday, November 1, 2012

    AS Ancam Dua Perusahaan Telekomunikasi China


    PERSETERUAN Amerika Serikat dan China kembali akan mengemuka. Sebuah draf panel Kongres AS mengusulkan untuk melarang dua perusahaan telekomunikasi China karena dinilai dapat menjadi ancaman bagi keamanan Paman Sam itu. Kedua perusahaan tersebut diusulkan untuk dilarang melakukan merger dan akuisisi di AS.

    Draf tersebut juga menyebutkan Huawei Technologies Co. Ltd dan ZTE Corp yang berpusat di Shenzhen, China tidak bisa dipercaya dan dapat mengumpulkan informasi rahasi untuk kepentingan pemerintah China. Perusahaan tertutup Huawei yang sepenuhnya dimiliki oleh karyawannya itu, didirikan oleh mantan tentara China Ren Zhengfei, kini merupakan produsen router dan peralatan telekomunikasi terbesar kedua di dunia dengan penjualan global US$32 miliar setelah perusahaan Ericsson milik Swedia. Sementara itu ZTE, yang terdaftar di bursa Hong Kong, menduduki posisi kelima. Di Pasar telepon genggam ZTE menduduki posisi keempat dan Huawei keenam.

    Hal ini sangat mengherankan bagi pengamat mengingat pasar AS masih dikuasai oleh perusahaan dalam negerinya Cisco Systems Inc dan Apple Inc. "Dampaknya akan sangat kecil jika laporan tersebut hanya menyebutkan peralatan telekomunikasi, tapi akan menjadi cerita yang berbeda jika telepon genggam juga dimasukkan," kata Huang Leping, seorang analis di Nomura Securities sebagaimana dilansir Yahoo, Senin (8/10). Menurutnya, memang diakui kedua produk perusahaan ini semakin lama semakin besar dalam menguasai pasar di AS.

    Sebagaimana ZTE, Huawei jelas menolak tuduhan tersebut. "Ini merupakan saran yang tak berdasar, menuduh Huawei menjadi ancaman cyber mengabaikan realitas perdagangan dan teknis, atau secara tidak berdasar dianggap dapat menjadi ancaman bagi inovasi dan lapangan kerja di Amerika, tidak akan melindungi keamanan nasional (yang sebenarnya), hal ini harus diekspos sebagai langkah politik yang berbahaya yang diinisiasi oleh negara beserta swasta dalam memaknai tantangan cyber global dan industri secara umum," kata William Plummer, juru bicara Huawei kepada Reuters melalui email.

    Pemerintah China sendiri telah mendesak AS untuk menyingkirkan prasangka terhadap Huawei dan ZTE. Dijelaskan kedua perusahaan tersebut beroperasi sesuai dengan prinsip dan norma pasar bebas. Walaupun begitu kedua perusahaan tersebut terpaksa mengundurkan diri dalam rencana investasi ke AS dan polemik ini tentunya akan berakibat pada kepercayaan konsumen.

    Isu yang dilemparkan di saat Amerika sedang menghadapi kampanye kepresidenan ini bukanlah yang pertama. Sepanjanga tahun ini Amerika disibukkan dengan kasus yang melibatkan perusahaan asing untuk melindungi perusahaan mereka. Seperti isu hak paten antara Apple dan Samsung dari Korea Selatan, isu ekspor material langka yang membuat China dikeroyok AS, UE dan Jepang di Organisasi Perdagangan Dunia (WTO), atau isu penarikan mobil Toyota yang dinilai salah desain dan menyebabkan angka kecelakaan tingi untuk membantu perusahaan-perusahaan otomotif AS yang bangkrut karena krisis ekonomi dunia.

    China menjadi bulan-bulanan AS karena negara ini dianggap berpotensi menguasai industri global. Tidak ada cara lain bagi AS melindungi diri dengan gerilya preemptive menggunakan isu publik untuk memperlambat dan membendung hegemoni China. Neokapitalisme China telah menjadi ancaman utama pasar bebas AS di tengah ideologi globalisasi yang condong pada neoliberalisme.

    Mencegah penguasaan China terhadap semua aspek ekonomi AS lebih baik dari pada mengobatinya. China juga pasti belajar dari kekalahan ekonomi mereka dalam perang opium antar 1839-1842 dan 1856-1860 atau perang dingin ekonomi komunis versus negara-negara kapitalis di 1947 sampai 1991. Walaupun tidak sekaya AS dalam kekayaan perkapita, China di tahun 2040 diprediksi akan menguasai 40 persen Produk Domestik Bruto (PDB) dunia.

    "Pada tahun 2040, perekonomian China akan mencapai US$ 123 triliun, atau hampir tiga kali output ekonomi seluruh dunia pada tahun 2000. Pendapatan per kapita China akan mencapai US$ 85.000, lebih dari dua kali lipat perkiraan untuk Uni Eropa, dan juga jauh lebih tinggi dibandingkan dengan India dan Jepang. Dengan kata lain, rata-rata penghuni kota-kota megapolitan Cina akan hidup dua kali lebih kaya dari pada warga rata-rata Prancis ketika Cina berubah dari sebuah negara miskin pada tahun 2000 menjadi negara super kaya 2040. Meskipun tidak akan menyusul Amerika Serikat dalam kekayaan per kapita, menurut perkiraan saya, China akan memiliki share PDB global sebesar 40% dan akan jauh lebih besar dari Amerika Serikat (14%) dan Uni Eropa (5%), 30 tahun dari sekarang. Inilah hegemoni ekonomi yang akan terlihat pada 2040," kata Robert W. Fogel, peraih nobel ekonomi AS. [Dari berbagai sumber]

    Sumber

    No comments:

    Post a Comment

    loading...


    Aneka

    Tentang Kami

    Www.TobaPos.Com berusaha menyajikan informasi yang akurat dan cepat.

    Pembaca dapat mengirim rilis dan informasi ke redaksi.dekho@gmail.com

    Indeks Berita