OPINI | Indonesia sangat diuntungkan dengan adanya anak bangsa yang tidak pernah menyerah dengan tantangan. Salah satunya adalah Ilham Habibie..
Lihat infonya di sini:
Untuk membangun sebuah pesawat Regio Prop dari konsep hingga produksi, dibutuhkan investasi hingga US$500 juta atau sekitar Rp4,7 triliun (kurs Rp9.500). Nantinya, PT Dirgantara Indonesia akan menjadi subkontraktor utama dan memperbaharui mesin-mesin yang sudah tua dan termasuk flight test program.
"Investasi US$500 juta itu sudah mencakup semua, hingga jadi," kata Presiden Direktur PT Ilthabi Rekatama, Ilham Akbar Habibie, saat ditemui VIVAnews di kantornya, Jakarta.
Ilham menjelaskan, investasi untuk pesawat yang akan menjadi kebanggaan Indonesia tersebut termasuk murah, jika dibandingkan dengan membangun sebuah pesawat jumbo jet seperti A-380.
Menurut dia, untuk riset hingga produksi pesawat Airbus A-380, investasi mencapai US$14 miliar. Bahkan, untuk pesawat lebih kecil, seperti 737 Next Generation juga membutuhkan investasi miliaran dolar AS.
"Dulu saya kerja di Boeing. Untuk mengembangkan sayap pesawat baru beserta kokpit untuk 737 NG itu membutuhkan US$2 miliar," ujar Ilham.
Walaupun investasi untuk membangun pesawat Regio Prop telah terukur, Ilham belum mengetahui harga pesawat yang rencananya diluncurkan pada awal 2018 itu.
"Terlalu dini saya bilang harga satu pesawat Regio Prop. Saya kasih range saja. Pesaing Regio Prop, ATR72, harganya US$22 juta, sedangkan Dash-8 mencapai US$29 juta," tuturnya.
Sumber
Ilthabi Plans to Invest In Plane Manufacturing
Indonesian company Ilthabi Rekatama plans to invest $500 million in its push to revive the airplane manufacturing industry in Indonesia, a company executive said, adding that the Southeast Asian market is large and expected to grow considerably.
Ilham Habibie, president director of Ilthabi Rekatama, said the company’s first aircraft is expected to be in Indonesian skies in the next five years.
“We expect to conduct the first flight within five years,” Ilham said on the sidelines of the annual meeting of the Indonesian Chamber of Commerce and Industry (Kadin)in Yogyakarta.
Ilham, the son of former president and technology enthusiast Baharuddin Jusuf Habibie, said that Ilthabi was currently designing a 90-seater propeller plane called Regio Prop.
However he refused to elaborate on the source of financing as the financial side of the venture will be handled by his partner, Erry Firmansyah, head of the Indonesian Stock Exchange until 2008.
Ilthabi is building the plane using the basic design of the N-250,Ilham said, as well as the knowledge of former employees of state-owned aircraft manufacturer Dirgantara Indonesia, formerly known as IPTN.
Ilham was referring to the Indonesian-made N-250 plane, which was his father’s brainchild.
He said Ilthabi chose a propeller plane for economic reasons. “There are only two other manufacturers that design similar planes and Southeast Asia is the largest market for planes of this type.”
Sumber
Sepintas pesawat itu mirip dengan pendahulunya N-250. Karena wajar, terlebih pesawat masa depan Indonesia ini, merupakan turunan dari pendahulunya yang baru saja dirancang pada tahun 2004.
Mendapat dukungan dari sang ayah yang juga merupakan perintis pesawat terbang nasional sekaligus arsitek terbangunnya pesawat N-250, Ilham Akbar Habibie mencoba merancang sendiri pesawat yang digadang-gadang bakal menjadi kebanggan bangsa Indonesia.
“Namun, ini masih sebatas rancangan kasar, belum selesai secara keseluruhan,” kata Ilham Habibie saat berbincang santai dengan Okezone di kantornya, di Kawasan Mega Kuningan, Jakarta, beberapa waktu lalu.
Akan tetapi, lanjut putra sulung presiden RI ke-3 ini, setidaknya orang Indonesia telah mampu berpikir jauh bagaimana menciptakan pesawat yang mampu mengangkut jutaan masyarakat Indonesia dari Sabang hingga Merauke.
Dengan Regio Prop yang mampu mengangkut 50 hingga 70 penumpang, diharapkan dapat terealisasi dengan mulus. Sang arsitek yang telah lama mengenyam pendidikan di Jerman itu, mengaku bangga bisa memberikan yang terbaik untuk bangsa dan negeri ini melalui karya-karyanya.
Pesawat rancangannya ini juga tidak asal-asalan, terlebih ini didukung juga dengan sistem keamanan, dengan menggunakan teknologi tinggi semacam software atau sistem yang memberi batasan kontrol pada pilot ketika tengah mengendalikan pesawat itu di udara.
“Dulu 1998, belum banyak pesawat yang menggunakan teknologi fly-by-wire, kalau sekarang di buat fly-by-wire dibandingkan dengan fly-by-hidrolic dan cable. Itu mungkin kalau dihitung secara biaya, lebih mahal yang konvensional,” paparnya.
Ilham pun meyakini bahwa pesawat yang kini tengah dikembangkannya (Regio Prop) adalah primadona yang bakal laris manis di pasaran pesawat terbang, khususnya di Indonesia.
“Saat ini kalau kita lihat di lapangan, di pasar, yang diperlukan adalah pesawat itu (Regio Prop). Pesawat ini bisa dibeli atau dijual ratusan di Indonesia, karena itu yang diperlukan,” jelasnya.
Ilham mengungkapkan, sejak dahulu telah memprediksi bahwa di masa mendatang, dengan sendirinya akan diperlukan pesawat terbang dan bila perkembangannya terus belanjut, juga bisa sebagai tulang punggung daripada infrastruktur.
Mengudara 2018
Pesawat terbang baling-baling (Regio Prop), yang akan dibuat melalui PT Regio Aviasi Industri, masih perlu dirumuskan serta dikembangkan, baik dari sisi desain, kapasitas penumpang, sistem pesawat serta teknologi yang diusungnya. Meskipun masih konseptual, namun Agung Nugroho, Direktur Utama PT Regio Aviasi Industri, optimis pesawat ini sudah dapat mengudara di wilayah Nusantara pada 2018.
“Proyek (Regio Prop) ini dimulai di 2004, di mana N-250, merupakan semangat untuk kami meneruskan pesawat terbang tersebut. Namun dari sisi teknologi, sistem serta desain lebih canggih dari N-250,” ujar Agung kepada Okezone melalui sambungan telefon.
Ia menjelaskan, ketika itu (di 2004), proyek ini mendapatkan bantuan dari IDB (Islamic Development Bank) sebesar USD200 juta atau sekira Rp1,9 triliun. Dengan anggaran sebesar itu, nantinya, akan menggandeng PTDI untuk memberdayakan kembali, apakah nantinya para tenaga ahli di PTDI bisa direkrut kembali, baik kalangan tua atau mudanya.
“Saat ini masih tahapan konseptual design, dari situ kemudian ada tes dengan pasar kepada airlines. Kemudian apa-apa saja yang diperlukan, lalu mengelola seperti operating serta biaya,” jelasnya.
Lebih lanjut ia mengatakan, nantinya Regio Prop akan melewati proses sertifikasi pesawat melalui pemerintah Indonesia, dalam hal ini Direktorat Jenderal Penerbangan Udara. “Insya Allah pada 2018, pesawat ini akan meluncur setelah melalui uji coba tersebut,” tuturnya.
Uji coba ini akan dilakukan guna menguji sistem pesawat terbang seperti tes aerodinamika, struktur pesawat, sistem electrical dan lain-lain. “Ini akan memakan waktu 4-5 tahun,” tambahnya.
Lebih detail Agung menjelaskan, Regio Prop berjarak tempuh sekira 400-600 kilometer. Pesawat ini dirancang sebagai pesawat cepat dan penerbangan jarak menengah. Meskipun belum fix dan masih tahap konseptual, namun kabarnya pesawat ini, direncanakan berkapasitas sekira 50-70 penumpang. “Awal 2013, kita akan mulai visibility study, technical serta market,” imbuhnya.
Sumber
Lihat infonya di sini:
Untuk membangun sebuah pesawat Regio Prop dari konsep hingga produksi, dibutuhkan investasi hingga US$500 juta atau sekitar Rp4,7 triliun (kurs Rp9.500). Nantinya, PT Dirgantara Indonesia akan menjadi subkontraktor utama dan memperbaharui mesin-mesin yang sudah tua dan termasuk flight test program.
"Investasi US$500 juta itu sudah mencakup semua, hingga jadi," kata Presiden Direktur PT Ilthabi Rekatama, Ilham Akbar Habibie, saat ditemui VIVAnews di kantornya, Jakarta.
Ilham menjelaskan, investasi untuk pesawat yang akan menjadi kebanggaan Indonesia tersebut termasuk murah, jika dibandingkan dengan membangun sebuah pesawat jumbo jet seperti A-380.
Menurut dia, untuk riset hingga produksi pesawat Airbus A-380, investasi mencapai US$14 miliar. Bahkan, untuk pesawat lebih kecil, seperti 737 Next Generation juga membutuhkan investasi miliaran dolar AS.
"Dulu saya kerja di Boeing. Untuk mengembangkan sayap pesawat baru beserta kokpit untuk 737 NG itu membutuhkan US$2 miliar," ujar Ilham.
Walaupun investasi untuk membangun pesawat Regio Prop telah terukur, Ilham belum mengetahui harga pesawat yang rencananya diluncurkan pada awal 2018 itu.
"Terlalu dini saya bilang harga satu pesawat Regio Prop. Saya kasih range saja. Pesaing Regio Prop, ATR72, harganya US$22 juta, sedangkan Dash-8 mencapai US$29 juta," tuturnya.
Sumber
Ilthabi Plans to Invest In Plane Manufacturing
Indonesian company Ilthabi Rekatama plans to invest $500 million in its push to revive the airplane manufacturing industry in Indonesia, a company executive said, adding that the Southeast Asian market is large and expected to grow considerably.
Ilham Habibie, president director of Ilthabi Rekatama, said the company’s first aircraft is expected to be in Indonesian skies in the next five years.
“We expect to conduct the first flight within five years,” Ilham said on the sidelines of the annual meeting of the Indonesian Chamber of Commerce and Industry (Kadin)in Yogyakarta.
Ilham, the son of former president and technology enthusiast Baharuddin Jusuf Habibie, said that Ilthabi was currently designing a 90-seater propeller plane called Regio Prop.
However he refused to elaborate on the source of financing as the financial side of the venture will be handled by his partner, Erry Firmansyah, head of the Indonesian Stock Exchange until 2008.
Ilthabi is building the plane using the basic design of the N-250,Ilham said, as well as the knowledge of former employees of state-owned aircraft manufacturer Dirgantara Indonesia, formerly known as IPTN.
Ilham was referring to the Indonesian-made N-250 plane, which was his father’s brainchild.
He said Ilthabi chose a propeller plane for economic reasons. “There are only two other manufacturers that design similar planes and Southeast Asia is the largest market for planes of this type.”
Sumber
Sepintas pesawat itu mirip dengan pendahulunya N-250. Karena wajar, terlebih pesawat masa depan Indonesia ini, merupakan turunan dari pendahulunya yang baru saja dirancang pada tahun 2004.
Mendapat dukungan dari sang ayah yang juga merupakan perintis pesawat terbang nasional sekaligus arsitek terbangunnya pesawat N-250, Ilham Akbar Habibie mencoba merancang sendiri pesawat yang digadang-gadang bakal menjadi kebanggan bangsa Indonesia.
“Namun, ini masih sebatas rancangan kasar, belum selesai secara keseluruhan,” kata Ilham Habibie saat berbincang santai dengan Okezone di kantornya, di Kawasan Mega Kuningan, Jakarta, beberapa waktu lalu.
Akan tetapi, lanjut putra sulung presiden RI ke-3 ini, setidaknya orang Indonesia telah mampu berpikir jauh bagaimana menciptakan pesawat yang mampu mengangkut jutaan masyarakat Indonesia dari Sabang hingga Merauke.
Dengan Regio Prop yang mampu mengangkut 50 hingga 70 penumpang, diharapkan dapat terealisasi dengan mulus. Sang arsitek yang telah lama mengenyam pendidikan di Jerman itu, mengaku bangga bisa memberikan yang terbaik untuk bangsa dan negeri ini melalui karya-karyanya.
Pesawat rancangannya ini juga tidak asal-asalan, terlebih ini didukung juga dengan sistem keamanan, dengan menggunakan teknologi tinggi semacam software atau sistem yang memberi batasan kontrol pada pilot ketika tengah mengendalikan pesawat itu di udara.
“Dulu 1998, belum banyak pesawat yang menggunakan teknologi fly-by-wire, kalau sekarang di buat fly-by-wire dibandingkan dengan fly-by-hidrolic dan cable. Itu mungkin kalau dihitung secara biaya, lebih mahal yang konvensional,” paparnya.
Ilham pun meyakini bahwa pesawat yang kini tengah dikembangkannya (Regio Prop) adalah primadona yang bakal laris manis di pasaran pesawat terbang, khususnya di Indonesia.
“Saat ini kalau kita lihat di lapangan, di pasar, yang diperlukan adalah pesawat itu (Regio Prop). Pesawat ini bisa dibeli atau dijual ratusan di Indonesia, karena itu yang diperlukan,” jelasnya.
Ilham mengungkapkan, sejak dahulu telah memprediksi bahwa di masa mendatang, dengan sendirinya akan diperlukan pesawat terbang dan bila perkembangannya terus belanjut, juga bisa sebagai tulang punggung daripada infrastruktur.
Mengudara 2018
Pesawat terbang baling-baling (Regio Prop), yang akan dibuat melalui PT Regio Aviasi Industri, masih perlu dirumuskan serta dikembangkan, baik dari sisi desain, kapasitas penumpang, sistem pesawat serta teknologi yang diusungnya. Meskipun masih konseptual, namun Agung Nugroho, Direktur Utama PT Regio Aviasi Industri, optimis pesawat ini sudah dapat mengudara di wilayah Nusantara pada 2018.
“Proyek (Regio Prop) ini dimulai di 2004, di mana N-250, merupakan semangat untuk kami meneruskan pesawat terbang tersebut. Namun dari sisi teknologi, sistem serta desain lebih canggih dari N-250,” ujar Agung kepada Okezone melalui sambungan telefon.
Ia menjelaskan, ketika itu (di 2004), proyek ini mendapatkan bantuan dari IDB (Islamic Development Bank) sebesar USD200 juta atau sekira Rp1,9 triliun. Dengan anggaran sebesar itu, nantinya, akan menggandeng PTDI untuk memberdayakan kembali, apakah nantinya para tenaga ahli di PTDI bisa direkrut kembali, baik kalangan tua atau mudanya.
“Saat ini masih tahapan konseptual design, dari situ kemudian ada tes dengan pasar kepada airlines. Kemudian apa-apa saja yang diperlukan, lalu mengelola seperti operating serta biaya,” jelasnya.
Lebih lanjut ia mengatakan, nantinya Regio Prop akan melewati proses sertifikasi pesawat melalui pemerintah Indonesia, dalam hal ini Direktorat Jenderal Penerbangan Udara. “Insya Allah pada 2018, pesawat ini akan meluncur setelah melalui uji coba tersebut,” tuturnya.
Uji coba ini akan dilakukan guna menguji sistem pesawat terbang seperti tes aerodinamika, struktur pesawat, sistem electrical dan lain-lain. “Ini akan memakan waktu 4-5 tahun,” tambahnya.
Lebih detail Agung menjelaskan, Regio Prop berjarak tempuh sekira 400-600 kilometer. Pesawat ini dirancang sebagai pesawat cepat dan penerbangan jarak menengah. Meskipun belum fix dan masih tahap konseptual, namun kabarnya pesawat ini, direncanakan berkapasitas sekira 50-70 penumpang. “Awal 2013, kita akan mulai visibility study, technical serta market,” imbuhnya.
Sumber
Semoga terealisasi & sukses
ReplyDelete