Tobapos -- Tidak sedikit orang mengira bahwa perbincangan tentang pluralisme atau kemajemukan masyarakat itu masih terbatas, yaitu di perguruan tinggi misalnya. Padahal di lembaga pendidikan Islam tradisional, seperti pesantren, ternyata pembicaraan itu sudah lebih jauh. Bahkan, pesantren tidak sekedar berbicara, tetapi juga melakukan sesuatu yang nyata.
Beberapa hari yang lalu, saya berkunjung ke pesantren al Al Kautsar al Akbar di Medan Sumatera Utara. Pesantren itu diasuh oleh KH. Ali Akbar Marbun, seorang yang telah belajar lama di Makkah, Saudi Arabia. Pesantren itu didirikan sudah cukup lama, mengasuh tidak kurang dari 800 orang santri.
Pengaruh pesantren ini cukup luas, banyak pejabat pemerintah, tokoh, dan sesama kyai datang ke lembaga pendidikan ini. Presiden Megawati Soekarnoputri dan beberapa menteri sebagaimana yang bisa dilihat di dokumen yang ada, pernah datang ke pesantren ini. Tidak saja tokoh muslim, tetapi juga tokoh-tokoh agama lain seperti Kristen, Kathlik, Budha, Kong Hu Cu, dan lain-lain pernah diundang dan datang di pesantren al Kautsar al Akbar ini.
Lengkapnya Lihat di Sini
(adm)
Beberapa hari yang lalu, saya berkunjung ke pesantren al Al Kautsar al Akbar di Medan Sumatera Utara. Pesantren itu diasuh oleh KH. Ali Akbar Marbun, seorang yang telah belajar lama di Makkah, Saudi Arabia. Pesantren itu didirikan sudah cukup lama, mengasuh tidak kurang dari 800 orang santri.
Pengaruh pesantren ini cukup luas, banyak pejabat pemerintah, tokoh, dan sesama kyai datang ke lembaga pendidikan ini. Presiden Megawati Soekarnoputri dan beberapa menteri sebagaimana yang bisa dilihat di dokumen yang ada, pernah datang ke pesantren ini. Tidak saja tokoh muslim, tetapi juga tokoh-tokoh agama lain seperti Kristen, Kathlik, Budha, Kong Hu Cu, dan lain-lain pernah diundang dan datang di pesantren al Kautsar al Akbar ini.
Lengkapnya Lihat di Sini
(adm)
No comments:
Post a Comment