Setelah 'dikudeta' dan dinyatakan 'absen', Ashraf Ghani diumumkan oleh UAE bahwa pihaknya bersedia menampung mantan presiden tersebut atas dasar kemanusiaan.
Pesawat Ashrag Ghani dilaporkan menuju Tajikistan lalu ke Oman dan selanjutnya ke UAE.
Secara de Jure Ashraf Ghani dikudeta oleh wakilnya yakni Wapres Pertama Amrullah Saleh karena dinyatakan absen.
Posisi Amrullah Saleh sebenarnya juga absen di ibukota Kabul karena juga melarikan diri ke Tajikistan dan belakangan mengaku berada di sebuah tempat di dalam negeri tanpa menyebutkan posisi yang jelas.
Sementara itu, pemerintahan Taliban yang sudah berdiri beberapa hari di Kabul terus melakukan upaya pembentukan pemerintahan inklusif. Mantan Presiden Hamid Karzai dan tokoh rekonsiliasi Abdullah Abdullah diperkirakan masuk dalam susunan kabinet di masa mendatang atau posisi tinggi lain yang sesuai.
Pemerintahan Taliban mengumumkan 'amnesti' bagi semua pejabat dan prajurit pemerintah sebelumnya.
Berbeda dengan 'pemerintahan tandingan' mantan Wapres Pertama Amrullah Saleh yang terus melakukan upaya mendiskreditkan Ashraf Ghani yang dituding melarikan jutaan dollar uang cash. Padahal diduga Amrullah Saleh cs juga melarikan beberapa inventaris pesawat milik angkatan udara.
Sikap para pejabat lama untuk terus mendiskreditkan Ashraf Ghani memperkuat dugaan bahwa pemerintahan sebelum Taliban memang terpecah saat itu.
Upaya untuk menggulingkan Ashraf Ghani dilakukan dengan diam-diam oleh lingkarannya sendiri pada saat Taliban masih terlibat dalam pembicaraan damai di Qatar dengan perwakilan pemerintah dipimpin Abdullah Abdullah.
Diduga Ashraf Ghani sudah mengetahui upaya kudeta atau dorongan pengunduran diri tersebut, sehingga tidak bisa berbuat apa-apa ketika beberapa elemen berusaha mengganggu upaya militer melawan Taliban.
Media Alarabiya mencium gelagat Ashraf Ghani yang disebut 'membantu Taliban' yang tetap mempertahankan posisinya sampai momen akhir Taliban mengelilingi ibukota Kabul.
Dapat difahami dinamika politik ini juga dimengerti oleh berbagai tokoh masyarakat sehingga lebih memilih mendorong militer menyerahkan daerah mereka ke Taliban sebelum kudeta Ashraf Ghani sukses dilakukan oleh lingkaran istana yang kebanyakan eks Aliansi Utara yang kini menjadikan Amrullah Saleh sebagai caretaker.
Uniknya, Taliban sejak awal juga menuntut Ashraf Ghani untuk mundur sebagai salah satu syarat suksesnya pembicaraan damai.
Namun, Ghani akhirnya memilih untuk bertahan sampai momen terakhir menggagalkan upaya kudeta merangkak oleh lingkarannya sendiri sebelum akhirnya hengkang.
Patut juga dicatat bahwa dalam tayangan Aljazeera saat pasukan Taliban menguasai istana kepresidenan, seorang staff lama yang meyerahkan kunci istana ke Taliban mengaku disuruh pulang, oleh Ashraf Ghani melalui telepon, dari bandara untuk melakukan penyerahan kunci tersebut.
Menurut mantan staff kepresidenan Afghanistan Torek Farhadi sikap Amrullah Saleh yang mengklaim diri sebagai presiden 'caretaker' Afghanistan hanya lelucon karena posisi Saleh juga dapat disebut sebagai absen sesuai dengan konstitusi yang berlaku. Apalagi anggota parlemen juga banyak yang melarikan diri ke luar negeri.
Dia juga mengatakan bahwa posisi Amrullah Saleh kurang dikenal oleh publik kecuali dari media sosial dan sikapnya kurang disenangi oleh rakyat yang selalu berbicara kasar dan tidak mendukung upaya perdamaian inklusif yang mencakup semua elemen bangsa termasuk Taliban.
Diperkuat lagi mengenai laporan bahwa Ahmad Massoud yang diperkirakan akan menjadi pimpinan militer pemberontak 'pemerintahan tandingan Amrullah Saleh' juga sudah ungkap bahwa pihaknya bersedia berdamai degan pemerintahan baru Afghanistan di bawah Taliban.
Salah satu pamannya juga ikut dalam delegasi multi parpol yang sedang berembug dengan Taliban membentuk komposisi perintahan inklusif ke depannya.
No comments:
Post a Comment