Warga di provinsi As Suwayda kembali menggelar aksi demo anti Bashar Al Assad menyusul dihentikannya senumlah program bantuan sosial di saat warga sangat membutuhkan menghadapi Covid-19.
Pemerintahan Damaskus beralasan program bansos di As Suwayda sedang dialihkan untuk membiayai beberapa proyek pemerintah yang sangat urgent.
Pemerintah Assad beralasan bahwa penguasaan AS dan sekutunya pada 70 persen cadangan migas Suriah telah membuat posisi keuangan negara semakin sulit.
AS dan sekutunya dalam Combined Joint Task Force - Operation Inherent Resolve (CJTF-OIR) memang masih bercokol di Suriah khususnya di wilayah Timur Suriah yang dikuasai pemerintahan SDC/SDF/AANES.
CJTF-OIR yang tujuan utamanya mengusir ISIS ini memiliki anggota dari NATO, teluk, Taiwan, Kosovo dll termasuk Indonesia.
Sementara itu pemerintahan SDC yang merupakan pesaing Assad mendukung aksi demo warga Al Suwayda yang kebanyak merupakan pengikut Druze.
Kelompok Druze mengambil langkah cari aman sejak konflik Suriah bermula. Mereka tidak mendukung oposisi, tidak menunjukkan dukungan yang mutlak ke Assad sehingga termasuk wilayah yang aman dan relatif tak tersentuh konflik sebagaimana Damaskus, Qamishli dan beberapa wilayah lainnnya.
Israel secara diam-diam menjalin hubungan dengan Druze untuk memperkeruh politik internal Suriah melalui kelompok Druze Israel yang memang menjadi bagian dari pendukung utama berdirinya Israel sejak awal.
Meski lahir dari ajaran Syiah, kelompok Druze selalu berseberangan dengan kelompok-kelompok Syiah pada umumnya. Hal itu terlihat dalam lanskap politik kelompok Druze di Lebanon yang lebih dekat ke kelompok Sunni.
Untuk mencegah kejadian yang tidak diinginkan, milisi Iran dan Irak serta Hezbollah Lebanon telah mengirim pasukan ke As Suwayda mendukung Assad mengamankan situasi.
No comments:
Post a Comment