100 ribu pasukan Rusia dilaporkan mulai ditarik secara perlahan dari perbatasan Ukraina kembali ke barak masing-masing.
Penarikan pasukan ini menjdi kulminasi ketengan Rusia vs NATO di isu Ukraina.
Kedua belah pihak menganggap konflik Ukraina akan mengakibatkan keretakan hubungan di antara negara NATO dan itu sudah terlihat saat Perancis, Inggris dan Jerman mulai salah tingkah menghadapi Rusia.
Sementara itu mantan jenderal Rusia juga menilai invasi ke Ukraina dapat membuat Rusia bubar dan beberapa negara yang gabung federasi Rusia akan dengan mudah memerdekakan diri.
Hal itu pernah terjadi di era Uni Soviet saat terjebak dalam geopolitik menginvasi Afghanistan.
Ukraina bukan Chechnya yang pernah menjadi negara merdeka bernama Ichkeria atau Noxc̈iyc̈ó.
Meski saat itu beberapa negara seperti Estonia, Georgia, Ukraina dll mendukung kemerdekaan Ichkeria namun tidak semua negara Eropa, NATO bahkan sekutu AS lainnya mendukung negara tersebut.
Saat ini, invasi Rusia ke Ukraina akan membuat negara Eropa bersatu walau bukan untuk membebaskan Ukraina namun untuk meruntuhkan atau membubarkan Rusia.
Logikanya, jika Presiden Vladimir Putin menginvasi Ukraina, maka ini akan membuat Rusia berhadapan langsung dengan NATO meski selama ini sudah berhadapan dengan Turki yang notabene buka anggota pendiri NATO.
Jenderal Rusia menganggap, Putin sedang digosok-gosok oleh media menginvasi Ukraina untuk menciptakan sebuah keseimbangan geopolitik baru di kawasan yang merugikan Moskow untuk jangka panjang.
NATO bisa saja kalah dan tercerai berai menyikap invasi Rusia terhadap Ukraina, namun usai invasi dilakukan, serangan balasan NATO dalam bentuk sanksi ekonomi dan embargo akan membuat Rusia berantakan dan hancur lebur.
Dengan mundurnya pasukan Rusia, sebenarnya Putin sudah menang.
Tuntukan agar Ukraina tidak gabung NATO sudah didengungkan. Kiev juga semakin ciut untuk mendapatkan kembali Krimea dari Rusia. Ukraina juga akan semakin 'menghormati' pemerintahan separatis Donetsk dan Lugansk atau Luhansk di Donbass.
Skenario ini mirip saat AS dkk tidak melakukan perlawanan saat Uni Soviet menguasai Afghanistan.
Namun usai Afghanistan dikuasai penuh, serangan balasan AS melalui dukungan ke kaum mujahidin membuat Soviet kalah perang, bangkrut dan akhirnya membubarkan diri.
Jadi jika Rusia invasi Ukraina, tidak akan ada Perang Dunia III, karena NATO tak akan frontal melawan Rusia karena anggotanya akan tercerai berai.
Namun NATO akan mendorong perang asimestris melawan Moskow yang bisa mengakibatkan kehancuran Rusia secara umum.
Yang unik adalah prediksi bahwa NATO akan menjebak Rusia mencaplok Ukraina sehingga hubungan Moskow degan Ankara akan terdampak paling besar.
Sebagaimana diketahui Ukraina banyak menjalin kerja sama militer dengan Turki yang diduga kurang disukai Moskow maupun AS dkk yang menjadi pentolan NATO.
Ukraina dan Turki memang mempunyai romantisme sejarah yang tidak sedikit karena Ukraina pernah menjadi sekutu atau bagian dari pengaruh Turki Ottoman atau Utsmani.
Kekhanan Krimea atau Orde Keemasan yang berpusat di Ukraina sekaranga pernah menjadi penguasa seluruh wilayah Rusia sekarang di era keturunan Mongol. Bahkan Moskow saat itu hanya wilayah bawahan.
No comments:
Post a Comment