• Breaking News

    Sunday, May 15, 2022

    Ossetia Selatan Jadi Pusat Bisnis Melegalkan Usaha Oligarki Ukraina Pro Rusia

    Politik Ukraina sarat dengan persaingan bisnis antar pengusaha baik pro Kyiv maupun pro Kremlin Rusia.

    Persaingan itu juga terlihat pada kalangan politisi baik yang memerintah maupun oposisi.

    Saat Krimea direbut Rusia tahun 2014, banyak pejabat Ukraina yang memilih bergabung dengan Rusia dan memilih untuk menjadi pejabat di Krimea baru di bawah penguasaan Rusia.

    Bahkan Menteri Pertahanan Ukraina saat itu pindah ke Krimea tanpa terlebih dahulu mengundurkan diri.

    Militer Ukraina yang pernah menjadi yang terkuat kedua di kawasan selain Rusia dengan 750 ribu pasukan tidak berkutik melawan Rusia karena begitu banyaknya perwira yang pro Kremlin.

    Tidak aneh sejak kemerdekaan Ukraina paska runruhnya Uni Soviet, banyak Menteri Pertahanan malah mepunyai kebijakan untuk melemahkan tentara Ukraina dari dalam baik dengan mengurangi kuantitas tentara maupun menghapus satuan-satuan yang dianggap kuat.

    Paska 2014, militer Ukraina kembali diorganisasi. Kebanyakan penambahan anggota baru berasal dari ormas-ormas dan pasukan keamanan milik para oligarki yang pro pada sistem baru Ukraina.

    Kalangan orligarki yang kalah dan tidak dapat proyek terus memanaskan situasi agar Rusia lebih terlibat dalam situasi politik dan usaha di Ukraina.

    Mereka ini memindahkan usaha mereka ke Ossetia Selatan untuk menghindari sanksi oleh AS dkk.

    Dari Ossetia Selatan mereka mengembangkan diri mencaplok pabrik dan usaha yang dikuasai negara Donetsk dan Lugansk pro Rusia yang sebelumnya dimiliki oleh kalangan oligarki pro Kyiv.

    Akhirnya ekonomi Ossetia Selatan booming dan dianggap sebagai 'Swiss' negara-negara separatis pro Rusia seperti Lugansk, Donetsk dan Kherson (yang dikuasai belakangan oleh Rusia) serta Abkhazia, Transnistria dan lain sebagainya.

    Oleh itu banyak pengamat mengatakan bahwa kalangan oligarki Ukraina pro Rusia kecewa dengan keputusan Presiden Vladimir Putin yang menarik pasukan dari Kyiv dan Kharkiv baru-baru ini.

    Kremlin beralasan bahwa penarikan pasukan itu merupakan bagian dari strategi untuk memperkuat posisi di Donbass wilayah Donetsk dan Lugask.

    Namun para oligarki pro Rusia ini menilai bahwa itu justru merupakan kelemahan Vladimir Putin yang tak mau mempertahankan wilayah yang sudah dikuasai. Ukraina menyebut sekitar 27 ribu pasukan Rusia telah tewas untuk memenuhi nafsu para oligarki tersebut.

    Ukraina juga menduga akibat kekecewaan ini kalangan oligarki Ukraina pro Rusia telah berkomplot dengan oligarki Rusia untuk memperlemah dan bahkan menkudeta Putin suatu saat jika pasukan Rusia kalah atau gagal mempertahankan wilayah yang telah dikuasai di Ukraina.

    No comments:

    Post a Comment

    loading...


    Aneka

    Tentang Kami

    Www.TobaPos.Com berusaha menyajikan informasi yang akurat dan cepat.

    Pembaca dapat mengirim rilis dan informasi ke redaksi.dekho@gmail.com

    Indeks Berita