Posisi Rusia dan Ukraina yang seimbang di berbagai lini pertempuran membuat konflik kedua negara diperkirakan akan berlanjut dalam waktu lama.
Perang dengan waktu lama seperti ini membutuhkan stamina dan kuantitas amunisi yang banyak.
Ukraina dinilai kurang mempunyai persiapan menghadapi Rusia sehingga kini sepenuhnya berharap pada amunisi dari barat.
Sementara itu, Rusia yang mempunyai 10 kali lipat stok amunisi dan senjatanya juga mulai menurunkan serangan untuk memastikan peperangan berlanjut dalam waktu yang lama.
Jika Ukraina berharap bantuan dari negara NATO dkk, maka Rusia harus mengandalkan kekuatan industri dalam negeri dengan sesekali mengimpor persenjataan melalui pihak ketiga.
Serbia, Belarusia dan negara-negara di Asia Tengah menjadi andalan Rusia untuk mengisi kekosongan amunisinya.
Beberapa waktu yang lalu Tiongkok dialporkan mengekpor senjata anti udara ke Serbia. Senjata buatan Tiongkok ini disebut digunakan sebagai pengganti senjata buatan Soviet yang kemungkinan besar dijual kembali ke Rusia.
Tajikistan juga dilaporkan telah berhasil mengajak Iran untuk membangun pabrik drone di Dushanbe. Besar kemungkinan Kremlin akan membeli senjata Iran melalui Tajikistan untuk menambah pasokan drone nya.
Negara lain yang kemungkinan akan membantu Rusia adalah Korea Utara, Vietnam dan Myanmar. Ketiga negara ini mempunyai industri persenjataan yang cukup maju dan dapat memasok alutsista perang khususnya untuk sistem persenjataan yang tidak terlalu canggih.
No comments:
Post a Comment